Kamis, 15 Desember 2011

Mengapa Mesti Berdoa



Mengapa mesti berdoa? Bukankah Allah Tuhan seru sekalian alam sudah sedemikian Maha Mengetahui kalimat-kalimat yang kita lahirkan maupun yang masih kita sembunyikan? Bukankah permintaan yang kita ajukan lewat doa sama artinya dengan meragukan kemahatahuan Allah? Sedangkan Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar bahkan segala yang baru tercetus di dasar hati. 

Bukankah Dia Maha Kasih dengan kasih sayang yang tak berbatas sehingga kalau pun tanpa doa dari hamba-hamba-Nya, Dia meluaskan juga pintu rezeki-Nya kepada kita? Lalu mengapa mesti menyibuk-nyibukkan diri dengan doa? Dan mengapa mesti menyembah, rukuk sujud dalam sholat? Bukankah Allah Maha Benar dengan segala sifat ketuhanan-Nya? Bukankah penyembahan kita tidak akan mengubah apapun dari sifatsifat- Nya? Lalu mengapa mengira bahwa Dia membutuhkan penyembahan kita, pengakuan dari kita bahwa Dialah Allah Tuhan yang sebenar-benar Tuhan? 

Bukankah tanpa itu semua Dia tetap Tuhan penguasa seluruh alam ini? Lalu mengapa mesti menyembah, rukuk sujud dalam sholat? Ikhwan fillah, mungkin kita pernah ‘tertipu’ dengan ungkapan-ungkapan mengagumkan seperti beberapa contoh di atas. Ungkapan-ungkapan yang disampaikan oleh orang-orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia sangat mengagumkan, sungguh menarik hati dan melenakan dan bahkan mereka berani mempersaksikan kepada Allah atas kebenaran isi hatinya, padahal mereka adalah penantang yang paling keras (QS. Al Baqarah [2]:204). Mungkin suatu kali kita terkagum-kagum oleh ketinggian nilai-nilai filsafat yang diusung oleh orang-orang seperti ini.

Dan kita, seperti terkesima tak bisa memberikan argumen atas pertanyaan-pertanyaan yang lebih berupa pernyataan-pernyataan mengagumkan ini.
Bukti penghambaan, itulah jawabannya. Ketaatan kita adalah bukti bahwa kita mengakui Allah adalah Tuhan yang menguasai kita. Doa dan rukuk sujud sholat kita adalah perwujudan persaksian kita bahwa Dialah Allah Tuhan yang patut disembah. Dan Allah memang tidak membutuhkan penyembahan kita, tetapi justru kitalah yang lebih membutuhkan penyembahan tersebut sebagai bentuk ketaatan atas perintah-perintah yang Dia bebankan kepada kita. Ketundukan atas perintah-perintah-Nya adalah wujud dari persaksian kehambaan kita.

Bukankah Allah sang Tuhan yang Maha Menguasai telah memerintahkan kita untuk meminta kepada-Nya? Bukankah Dia juga telah memerintahkan kita untuk mengingat-Nya dengan sholat. Lalu mengapa kita berkilah untuk mengingkari perintah-Nya bila kita sudah menyatakan janji ketaatan kepada-NYa Bukankah Dia memerintahkan kepada kita untuk menyatakan: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (QS. Al An’am [6]:162)

Menurut riwayat, shahabat Umar radhiallahu ‘anhu, semoga Allah meridhoinya, pernah ‘marah kepada hajar aswad, batu hitam yang dicium di samping Ka’bah dalam rangkaian ritual ibadah haji. Dengan bahasa kita sekarang beliau sampai berkata, ‘seandainya bukan Allah dan rasul-Nya yang mensyariatkan, tak kan kucium kau wahai batu hitam karena apalah engkau hanya sebongkah batu’. Inilah ketaatan kepada Allah. Inilah penghambaan yang dibuktikan dengan ketundukan terhadap perintah-perintah-Nya. Dan Allah Tuhan seru sekalian alam telah mengajarkan bahwa taqwa, menjalankan semua perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya adalah bentuk dari persaksian kita.

Di dalam hidup ini, banyak sekali perintah-perintah dan larangan-Nya yang harus kita patuhi untuk mewujudkan penghambaan kita. Tinggal kita sekarang mau atau tidak melaksanakan perintah dan menjauhi larangan sebagai bentuk ketaatan.

Ya Allah jadikan kami sebagai hamba yang selalu melaksanakan perintah-perintah-Mu dan menjauhi larangan-larangan-Mu.
»»   selengkapnya...

Sabtu, 10 Desember 2011

Fitnah Kubur


Fitnah secara bahasa berarti ujian (ikhtibaar), sedangkan secara istilah fitnah kubur adalah pertanyaan yang ditujukan kepada mayit tentang Rabbnya, agamanya dan Nabinya. Hal ini benar berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah. (Lihat Syarah Lum’atul I’tiqod hal 67, syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin)

Diriwayat oleh Bukhari dan Muslim dari hadits Al Barra’ bin ‘Azib bahwasanya ketika seorang mayit telah selesai dikuburkan dan dihadapkan pada alam akhirat, maka akan datang padanya dua malaikat (yaitu malaikat Munkar dan Nakir) yang akan bertanya kepada sang mayit tiga pertanyaan.
Pertanyaan pertama, “Man Robbuka?” … Siapakah Robbmu?
Kedua, “Wa maa diinuka?” … dan apakah agamamu?
Ketiga, “Wa maa hadzaar rujululladzii bu’itsa fiikum?” … dan siapakah orang yang telah diutus di antara kalian ini?

Tiga pertanyaan inilah yang disebut dengan fitnah kubur. Oleh karena itu, tiga pertanyaan pokok ini merupakan masalah besar yang penting dan mendesak untuk diketahui. Wajib bagi setiap manusia untuk mengetahui, meyakini dan mengamalkan hal ini, baik secara lahir maupun bathin. Tidak seorang pun dapat beralasan untuk tidak mengetahui tiga hal tersebut dan tidak mempelajarinya. Bahkan ketiga hal ini harus dipelajari sebelum hal lain. Perhatikanlah hal ini wahai saudariku!

Tiga pertanyaan ini juga awal dari nikmat dan siksaan di alam kubur. Orang-orang yang bisa menjawab adalah orang-orang yang paham, yakin dan mengamalkannya selama hidup sampai akhir hayat dan meninggal dalam keimanan. Seorang mukmin yang bisa menjawab ketiga pertanyaan, maka dia akan memperoleh nikmat kubur. Adapun orang kafir yang tidak bisa menjawabnya, maka dia akan dihadapkan kepada adzab kubur.

Saudariku, Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al Qur’an surah Ibrahim 27, yang artinya, “Allah Meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah akan Menyesatkan orang-orang yang dzalim dan Memperbuat apa yang Dia kehendaki.”

Menurut Ibnu Katsir yang dimaksud dengan “ucapan yang teguh” adalah seorang mukmin akan teguh di atas keimanan dan terjaga dari syubhat dan ia akan terjaga di atas keimanan. Sedangkan di akhirat, ia akan meninggal dalam keadaan husnul khatimah (dalam keadaan beriman) dan bisa menjawab tiga pertanyaan.

Kita memohon kepada Allah semoga Dia meneguhkan iman kita ketika masih hidup dan ketika akan meninggal dunia. Meneguhkan kita ketika menjawab ketiga pertanyaan serta ketika dibangkitkan kelak di akhirat. Keteguhan iman di dunia dan akhirat, inilah hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya.
»»   selengkapnya...

Jumat, 09 Desember 2011

Kisah Pembongkar Kubur


Seorang pemuda datang dengan sedih dan menangis kepada amirul mukminin Abdul Malik bin Marwan. Dia berkata, “Ya Amirul Mukminin, aku telah melakukan dosa besar. Apakah taubatku bisa diampuni?”

Abdul Malik bertanya, “Ya. Apa dosamu?”  Dia menjawab, “Dosaku besar.”

Abdul Malik berkata, “Apa itu? Bertaubatlah kepada Alloh, karena Dia menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan keburukan-keburukan.”

Dia menjawab, “Ya  Amirul Mukminin, suatu malam aku membongkar kuburan. Aku melihat penghuninya telah dipalingkan dari arah kiblat. Aku ketakutan, maka aku keluar darinya. Tiba-tiba sebuah suara memanggilku dari dalam kubur, ‘Mengapa kamu tidak bertanya tentang si mayit? Mengapa wajahnya dipalingkan dari kiblat?’ Aku bertanya, ‘Mengapa?’ Suara itu menjawab, ‘Karena dahulu dia meremehkan sholat. Inilah balasannya.’

Pemuda itu berkata, “Lalu aku membongkar kuburan lain. Aku melihat penghuninya telah berubah menjadi babi. Lehernya telah diborgol dengan rantai besi. Aku takut dan hendak keluar. Saat hendak keluar, aku mendengar suara, ‘Tidakkah kamu bertanya tentang amalnya mengapa dia disiksa?’ Akupun bertanya, ‘Mengapa?’ Suara itu menjawab, ‘Karena dahulu dia minum khomr dan mati sebelum bertaubat.’  Pemuda itu bercerita lagi, “Aku membongkar kuburan ketiga. Ya Amirul Mukminin, aku melihat penghuninya diikat dengan tali busur dari api dan lisannya menjulur dari tengkuknya. Aku ketakutan. Manakala aku hendak keluar, ada suara memanggil, ‘Mengapa kamu tidak bertanya tentang keadaannya, mengapa bisa begitu?’ Aku bertanya, ‘Mengapa?’ Suara itu menjawab, ‘Karena dia tidak bisa menjaga diri dari kencing dan dia adalah penyebar fitnah. Maka inilah balasannya.’”

Pemuda itu melanjutkan, “Kuburan keempat aku bongkar. Wahai Amirul Mukminin, aku melihat dilapangkannya untuk si mayat sejauh mata memandang, bercahaya sangat kuat. Si mayat tidur di atas ranjang. Wajahnya berseri-seri dengan pakaian bagus. Aku takut padanya dan hendak meninggalkannya. Maka dikatakan padaku, ‘Tidakkah kamu bertanya tentang keadaanya, mengapa dia memperoleh kehormatan ini?’ Aku bertanya, ‘Mengapa?’ Dia menjawab, ‘Dia adalah seorang pemuda yang tumbuh di atas ketaatan dan ibadah kepada Alloh’
Abdul Malik berkata, “Pada perkara-perkara itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang durhaka dan berita gembira bagi orang-orang yang taat.”
 Barangsiapa yang melakukan dosa tersebut hendaklah segera bertaubat dan kembali kepada ketaatan. Semoga Alloh menjadikan kita semua sebagai hamba-hambaNya yang taat dan menjauhkan kita dari amalan orang-orang fasik.
Ya Alloh jadikanlah kami sebagai orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dan janganlah Engkau jadikan kami sebagai orang-orang yang diambil pelajaran. Berilah kami taufik untuk mentaatiMu dan taufik untuk menjauhi murkaMu. Sesungguhnya Engkau adalah Mahapantas mengabulkan permohonan-permohonan hambaMu.AMIN

diambil dr email, dengan footnote  Mausuatu Qososis Salaf karya Ahmad Salim Baduwailan
»»   selengkapnya...

Kamis, 08 Desember 2011

Allah Maha Pengampun


Di zaman Nabi Musa ada seorang fasik yang suka melakukan kejahatan. Penduduk negeri tersebut tidak mampu lagi mencegah perbuatannya, lalu mereka berdoa kepada Allah. Maka Allah mewahyukan kepada Nabi Musa supaya mengusir pemuda itu dari negerinya agar penduduknya tidak ditimpa bencana. Lalu keluarlah pemuda tersebut dari kampunganya dan sampai di suatu kawasan yang luas, dimana tidak seekor burung atau manusiapun hidup.

Selang beberapa hari pemuda itu jatuh sakit. Merintihlah ia seorang diri, lalu berkata: "Wahai Tuhanku, kalaulah ibuku, ayahku dan isteriku berada di sisiku sudah tentu mereka akan menangis melihat waktu akan memisahkan aku dengan mereka (mati). Andaikata anak-anakku ada di sisiku pasti mereka berkata: "Ya Allah, ampunilah ayah kami yang telah banyak melakukan kejahatan sehingga ia diusir dari kampungnya ke tanah lapang yang tidak berpenghuni dan keluar dari dunia menuju akhirat dalam keadaan putus asa dari segala sesuatu kecuali rahmatMu ya Allah".

Terakhir kali pemuda itu berkata, "Ya Allah, janganlah Engkau putuskan aku dari rahmatMu, sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa terhadap sesuatu",. Setelah berkata demikian, matilah pemuda itu.

Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Musa, firmannya, "Pergilah kamu ke tanah lapang di sana ada seorang waliKu yang telah meninggal. Mandikan, kafankan dan sembahyangkanlah dia". Setiba di sana Nabi Musa mendapati yang mati itu adalah pemuda yang diusirnya dahulu. Lalu Nabi Musa berkata, "Ya Allah, bukankah dia ini pemuda fasik yang Engkau suruh aku usir dahulu". Allah berfirman, "Benar, Aku kasihan kepadanya karena rintihan sakitnya dan berjauhan dari keluarganya. Apabila seseorang yang tidak mempunyai saudara mati, maka semua penghuni langit dan bumi akan sama menangis karena kasihan kepadanya. Oleh karena itu bagaimana Aku tidak mengasihaninya sedangkan Aku adalah Dzat Yang Maha Penyayang di antara penyayang.
»»   selengkapnya...

Iblis Ingin Bertaubat


Dalam sebuah kitab diterangkan bahwa sesungguhnya Iblis telah berjumpa dengan Nabi Musa dengan berkata: "Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah SWT dan Dia telah berkata denganmu secara langsung". Kemudian Nabi Musa berkata: "Memang benar apa yang kau katakan, kamu ini siapa dan apa yang kamu inginkan dariku?".

Lalu berkata Iblis: "Aku adalah Iblis, Wahai Musa aku mau kamu menolongku, katakan kepada Tuhanmu bahwa seorang makhlukNya ingin minta taubat kepadaNya". Lalu Nabi Musa berdoa kepada Allah SWT dan menyampaikan apa yang diucapkan oleh Iblis, kemudian Allah SWT pun menurunkan wahyu yang kepada Nabi Musa: "Wahai Musa, katakan padanya bahwa sesungguhnya Aku berkenan menerima permohonannya, tetapi dengan syarat dia (Iblis) harus bersujud di kubur Adam, kalau dia mau bersujud, maka aku akan mengampuni segala dosanya".

Setelah Nabi Musa menerima wahyu dari Allah SWT, maka Nabi Musa pun segera memberitahukan kepada Iblis tentang apa yang telah Allah perintahkan. Setelah selesai Nabi Musa memberitahukan segala perintah Allah SWT maka dengan sombong dan congkak Iblis berkata: "Wahai Musa, sewaktu Adam hidup di syurga saja aku tidak bersujud, bagaimana aku hendak sujud padanya sesudah dia mati". Begitulah sifat sombong Iblis walaupun dia tahu bahwa api neraka itu akan memakannya tapi dia tetap tidak mau beriman pada Allah SWT.

Dalam sebuah hadist diriwayatkan bahwa sesungguhnya Allah SWT mengeluarkan Iblis dari neraka setiap seratus tahun sekali, dan mengeluarkan Adam dari syurga, serta memerintahkan Iblis supaya sujud kepada Adam. Disebabkan sikap angkuhnya, dia tetap enggan bersujud, maka dikembalikan Iblis ke dalam neraka.
»»   selengkapnya...

Sebuah Kisah Taubat Dizaman Nabi Musa



Di zaman Nabi Musa Alaihissalam, terjadi masa paceklik. Manusia dan hewan kehausan, dan hampir mati, karena sedikitnya persediaan air. Mereka lelah hingga berkata, “Wahai Musa, serulah Allah, dan mintalah agar hujan diturunkan!” Nabi Musa pun mengumpulkan mereka di satu tanah lapang, lalu ia berdoa kepada Allah. Mereka pun mengamini doa beliau, tetapi hujan tak kunjung turun. Akhirnya, ia pun berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak mau menurunkan hujan, padahal kami telah berdoa dan menghinakan diri pada-Mu?”

Allah Subhaanahu Wa Taala menjawab, “Wahai Musa, di antara kalian ada seorang yang berbuat maksiat selama empat puluh tahun, ia belum bertaubat. Maka ia menghalangi terkabulnya doa kalian.” Lalu Musa bertanya, “Lalu apa yang harus kami lakukan?” Allah Subhaanahu Wa Taala menjawab, “Keluarkanlah orang yang berbuat maksiat itu! Jika orang itu keluar dari barisan kalian, hujan akan turun.” Nabi Musa Alaihisslam pun berkata, “Aku minta kalian bersumpah pada Allah. Aku bersumpah pada Allah, di antara kita ada yang bermaksiat selama empat puluh tahun, hingga hujan tidak turun-turun, maka hendaklah ia mau keluar dari barisan.”

Orang yang berbuat maksiat itu menoleh ke kanan dan ke kiri, sekiranya ada yang keluar selain dia. Tetapi tidak ada seorang pun yang keluar. Tahulah ia kalau yang dimaksud adalah dirinya. Lalu ia berkata, “Ya Tuhanku, aku telah berbuat maksiat selama empat puluh tahun, dan Engkau berkenan menutupinya. Ya Tuhanku, jika aku keluar, maka namaku akan tercemar. Dan jika aku tetap tinggal, maka hujan tidak akan turun. Ya Tuhanku, aku sekarang bertaubat pada-Mu, aku menyesal, aku kembali pada-Mu. Maka ampunilah aku dan tutupilah kejelekanku. “

Hujan pun turun, akan tetapi orang yang berbuat maksiat itu tidak keluar dari barisan. Akhirnya, Nabi Musa u bertanya, “Ya Tuhanku, hujan telah turun, dan orang itu belum keluar?” Allah Subhaanahu Wa Taala menjawab, “Ya Musa, hujan telah turun dengan taubat hamba-Ku yang telah bermaksiat selama empat puluh tahun.”

Nabi Musa bertanya lagi, “Ya Tuhanku, tunjukkan orang itu padaku agar aku bergembira dengannya.” Allah menjawab, “Wahai Musa, ia telah bermaksiat kepada-Ku selama empat puluh tahun, dan aku telah menutupinya. Lalu apakah Aku akan membukanya padamu, mencemarkan namanya, padahal ia telah kembali pada-Ku?”

»»   selengkapnya...

Rabu, 07 Desember 2011

Taubatnya Seorang Pezina




Imam Muslim dalam Shahihnya , dan juga para penulis kitab sunnah telah meriwayatkan sebuah kisah taubat yang paling mengagumkan yang diketahui oleh manusia. Pada suatu hari Rasulullah duduk di dalam masjid, sementara para sahabat beliau duduk mengitari beliau. Beliau mengajari, mendidik dan mensucikan (hati) mereka.
Majelis tersebut dipenuhi oleh sahabat besar Nabi .

Tiba-tiba datanglah seorang wanita berhijab masuk ke pintu masjid. Kemudian Rasul pun diam, dan diam pula para sahabat beliau . Wanita tersebut menghadap dengan perlahan, dia berjalan dengan penuh gentar dan takut, dia lemparkan segenap penilaian dan pertimbangan manusia, dia lupakan aib dan keburukan, tidak takut kepada manusia, atau mata manusia dan apa yang akan dikatakan oleh manusia.

Hingga dia sampai kepada Rasulullah , kemudian dia berdiri di hadapan beliau, dan mengabarkan kepada beliau bahwa dia telah berzina!!
Dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah melakukan (maksiat yang mewajibkan adanya) hukuman had (atasku), maka sucikanlah aku!”
Apa yang diperbuat oleh Rasulullah ?! Apakah beliau meminta persaksian dari para sahabat atas wanita tersebut? Tidak, bahkan memerahlah wajah beliau hingga hampir-hampir meneteskan darah. Kemudian beliau mengarahkan wajah beliau ke arah kanan, dan diam, seakan-akan beliau tidak mendengar sesuatu. Rasulullah berusaha agar wanita ini mencabut perkataannya, akan tetapi wanita tersebut adalah wanita yang istimewa, wanita yang shalihah, wanita yang keimanannya telah menancap di dalam hatinya. Maka Nabi bersabda kepadanya: “Pergilah, hingga engkau melahirkannya.”

Berlalulah bulan demi bulan, dia mengandung putranya selama 9 bulan, kemudian dia melahirkannya. Maka pada hari pertama nifasnya, diapun datang dengan membawa anaknya yang telah diselimuti kain dan berkata: “Wahai Rasulullah, sucikanlah aku dari dosa zina, inilah dia, aku telah melahirkannya, maka sucikanlah aku wahai Rasulullah!”
Maka Nabipun melihat kepada anak wanita tersebut, sementara hati beliau tercabik-cabik karena merasakan sakit dan sedih, dikarenakan beliau menghidupkan kasih sayang terhadap orang yang berbuat maksiat.
Siapa yang akan menyusui bayi tersebut jika ibunya mati? Siapakah yang akan mengurusi keperluannya jika had (hukuman) ditegakkan atas ibunya? Maka Nabi bersabda: “Pulanglah, susuilah dia, maka jika engkau telah menyapihnya, kembalilah kepadaku.”

Maka wanita itupun pergi ke rumah keluarganya, dia susui anaknya, dan tidaklah bertambah keimanannya di dalam hatinya kecuali keteguhan, seperti teguhnya gunung. Tahunpun bergulir berganti tahun. Kemudian wanita itu datang dengan membawa anaknya yang sedang memegang roti. Dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya, maka sucikanlah aku!”

Dia dan keadaannya sungguh sangat menakjubkan! Iman yang bagaimanakah yang membuatnya berbuat demikian. Tiga tahun lebih atau kurang, yang demikian tidaklah menambahnya kecuali kekuatan iman.
Nabi mengambil anaknya, seakan-akan beliau membelah hati wanita tersebut dari antara kedua lambungnya. Akan tetapi ini adalah perintah Allah, keadilan langit, kebenaran yang dengannya kehidupan akan tegak.
Nabi bersabda: “Siapa yang mengkafil (mengurusi) anak ini, maka dia adalah temanku di sorga seperti ini…” Kemudian beliau memerintahkan agar wanita tersebut dirajam.

Dalam sebuah riwayat bahwa Nabi memerintahkan agar wanita itu dirajam, kemudian beliau menshalatinya. Maka berkatalah Umar : “Anda menshalatinya wahai Nabi Allah, sungguh dia telah berzina.” Maka beliau bersabda:
“Sungguh dia telah bertaubat dengan satu taubat, seandainya taubatnya itu dibagikan kepada 70 orang dari penduduk Madinah, maka taubat itu akan mencukupinya. Apakah engkau mendapati sebuah taubat yang lebih utama dari pengorbanan dirinya untuk Allah ?” (HR. Ahmad)
»»   selengkapnya...

Air Mata Taubat Nabi Adam



Diriwayatkan  bahwa semenjak Nabi Adam dikeluarkan dari syurga akibat tipu daya iblis, beliau menangis selama 300 tahun. Nabi Adam tidak mengangkat kepalanya ke langit karena terlalu malu kepada Allah swt. Beliau sujud di atas gunung selama seratus tahun. Kemudian menangis lagi sehingga air matanya mengalir di jurang Serantip.

Dari air mata Nabi Adam itu Allah tumbuhkan pohon-pohon. Beberapa ekor burung telah meminum air mata beliau. Burung itu berkata, ” Sungguh Sedap  air ini.” Nabi Adam mendengar kata-kata burung tersebut. Beliau menyangka burung itu sengaja mengejeknya karena perbuatan durhakanya kepada Allah. Ini membuatkan Nabi Adam semakin keras tangisannya.

Akhirnya Allah telah menyampaikan wahyu yang bermaksud, “Hai Adam, sesungguhnya aku belum pernah menciptakan air minum yang lebih lezat dan nikmat  dari pada air mata taubatmu itu.”

Sungguh sangat berbeda taubatnya Nabi Adam dengan taubat kita, Nabi adam bisa menangis selama seratus tahun, sementara kita kadang-kadang susah untuk menangis walaupun sudah melakukan maksiat yang banyak kepada Allah S.WT. Mudah-mudahan kita benar-benar menjadi hamba yang bertaubat. amin…
»»   selengkapnya...

Hadits Taubat 1



Dari Abu Hamzah yaitu Anas bin Malik al-Anshari r.a., pelayan Rasulullah s.a.w., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Niscaya Allah itu lebih gembira dengan taubat hambaNya daripada gembiranya seseorang dari engkau semua yang jatuh di atas untanya dan oleh Allah ia disesatkan di suatu tanah yang luas." (Muttafaq 'alaih)
 Dalam riwayat Muslim disebutkan demikian:

"Niscaya Allah itu lebih gembira dengan taubat hambaNya ketika ia bertaubat kepadaNya daripada gembiranya seseorang dari engkau semua yang berada di atas kenderaannya - yang dimaksud ialah untanya - dan berada di suatu tanah yang luas, kemudian  hilang untanya itu dari dirinya, sedangkan di unta tersebut ada bekal makanan dan minumannya. Orang tadi lalu berputus-asa. Kemudian berteduh di bawah  sebuah pohon terus tidur berbaring di bawah naungannya, sedang hatinya sudah berputus asa sama sekali dari  untanya tersebut. Tiba-tiba di kala ia terbangun,  untanya  itu  nampak  berdiri  di  sisinya, lalu  ia mengambil ikatnya. sehingga sangat gembiranya maka ia berkata: "Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah TuhanMu". Ia menjadi salah ucap karena amat gembiranya."

Keterangan:
Jadi kegembiraan Allah Ta'ala di kala mengetahui ada hambaNya yang bertaubat itu adalah lebih sangat dari kegembiraan orang yang ada dalam cerita di atas.

»»   selengkapnya...

Taubat,"wajib"


Para alim-ulama berkata:
"Mengerjakan taubat itu hukumnya wajib dari segala macam dosa. Jikalau kemaksiatan itu terjadi antara seseorang hamba dan antara Allah Ta'ala saja, yakni tidak ada hubungannya dengan hak seseorang  manusia yang  lain,  maka  untuk  bertaubat  itu  harus menetapi tiga macam syarat, iyaitu: Pertama hendaklah menghentikan sama sekali-seketika itu juga dari kemaksiatan yang dilakukan, kedua ialah supaya merasa menyesal karena telah melakukan kemaksiatan tadi dan ketiga supaya berniat tidak akan kembali mengulangi perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya. Jikalau salah satu dari tiga syarat tersebut di atas itu ada yang ketinggalan maka tidak sah taubatnya.

Apabila kemaksiatan itu ada hubungannya dengan sesama manusia, maka syarat-syaratnya itu ada empat macam, iaitu tiga syarat yang tersebut di atas dan keempatnya ialah supaya melepas-kan tanggungan itu dari hak kawannya. Maka jikalau tanggungan itu berupa harta atau yang semisal dengan itu, maka wajiblah mengembalikannya kepada yang berhak tadi, jikalau berupa dakwaan zina atau yang semisal dengan itu, maka hendaklah mencabut dakwaan tadi dari orang yang didakwakan atau meminta pengampunan daripada kawannya dan jikalau merupakan pengumpatan, maka hendaklah meminta penghalalan yakni pemaafan dari umpatannya itu kepada orang yang diumpat olehnya.

Seseorang itu wajiblah bertaubat dari segala macam dosa, tetapi jikalau seseorang itu bertaubat dari sebahagian dosanya, maka taubatnya itupun sah dari dosa yang dimaksudkan itu, demikian pendapat para alim-ulama yang termasuk golongan ahlul haq, namun saja dosa-dosa yang lain-lainnya masih tetap ada dan tertinggal - yakni belum lagi ditaubati.

Sudah jelaslah dalil-dalil yang tercantum dalam Kitabullah, Sunnah Rasulullah s.a.w. serta ijma' seluruh ummat perihal wajibnya mengerjakan taubat itu.

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan bertaubatlah engkau semua kepada Allah, hai sekalian orang Mu'min, supaya engkau semua memperolehi kebahagiaan." (an-Nur: 31)

Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Mohon ampunlah kepada Tuhanmu semua dan bertaubatlah kepadaNya." (Hud: 3)

Dan lagi firmanNya:
"Hai sekalian orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang nashuha - yakni yang sebenar-benarnya." (at-Tahrim: 8)

Keterangan:
Taubat nashuha itu wajib dilakukan dengan memenuhi tiga macam syarat sebagaimana di bawah ini, iaitu:
(a) Semua hal-hal yang mengakibatkan siksa, karena berupa perbuatan yang dosa jika dikerjakan, wajib ditinggalkan secara sekaligus dan tidak diulangi lagi.
(b)  Bertekad bulat dan teguh untuk memurnikan serta membersihkan diri sendiri dari semua perkara dosa tadi tanpa bimbang dan ragu-ragu.
(c)  Segala   perbuatannya   jangan   dicampuri   apa-apa   yang mungkin dapat mengotori atau sebab-sebab yang menjurus ke arah yang dapat merusak taubatnya itu.
»»   selengkapnya...

"Berita Gembira" Bagi Yang Bertaubat

Berita gembira bagi orang-orang yang bertaubat, seperti yang dikatakan seorang penulis Al Qarni dalam kompilasi buku berteduhlah ditaman hati, “wahai saudaraku, aku dikejutkan dengan berita bila engkau sudah bertaubat. Engkau kembali kepada tuhanmu. Aku digembirakan dengan berita gembira itu, seperti orang yang memperoleh kembali sesuatu yang hilang”.


Kita telah melakukan kesalahan yang membuat kita terlena dan mencelakakan. Tapi kemudian Dia meraih kita kembali kepada-Nya, dengan tali pertolongan dan menaikan kita ke atas perahu keselamatan yang berjalan diatas lautan yang bergelombang dan dalam, sungguh penuh keberkahan. Zat yang memberikan mahkota taubat kepada kita, menghiasi pakaian kita dengan buluh-buluh cinta, menjadikan kita sangat indah  dengan penerimaan taubat.

Tangisan kita atas prilaku yang telah lalu mendatangkan keridhaan-Nya. Sesal kita atas yang telah terjadi menghamparkan kebaikan yang banyak dan mengangkat pada tangga-tangga ketinggian. Setiap kali menitik airmata karena penyesalan, itu akan menyalakan sinar sinar diantara malaikat, setiap kali bergetar hatimu, mengadu dan menangis, dikatakan kepadamu “engkau sekarang telah suci dan bersih.” Engkau menyesali kesalahanmu, sebagaimana dahulu ayahmu Adam juga menyesal dan diserukan kepadanya. “wahai Adam, andaikan bukan taubat yang paling kami sukai, niscaya tidak kami uji engkau dengan dosa.”

Nabi Daud alaihissalam menangis, hingga tangisannya membuat orang-orang yang mencintainya menangis juga. Allah SWT berfirman, “Kembalinya engkau kepada kami lebih kami sukai daripada kesombonganmu atas kami, air mata akibat duka yang engkau rasakan, lebih mulia bagi kami dari pada seribu rakaatmu yang diiringi kepongahanmu.” Wahai orang yang bertaubat, andai engkau tahu apa esensi dari hadits Rasulullah saw, “sungguh Allah sangat gembira dengan taubat hambanya,” niscaya jiwamu akan berguncang hebat, dan dirimu akan mati karena rindu yang begitu menggelora.

Andai engkau tau bagaimana hiasan surga saat menyambutmu, niscaya kegembiraanmu menghapus semua kesedihanmu. Jika engkau tau bagaimana singgasana surga Firdaus yang tinggi, bagaimana malaikat memanggil namamu dan menyambut kedatanganmu, bagaimana keindahan para penghuni surga berhias menanti kehadiranmu, pasti jiwamu akan bergelora oleh kesenangan dan kegembiraan.

Wahai orang yang bertaubat, bahagialah dengan kebaikan saat matahari terbit. Engkau adalah manusia hari ini, bukan manusia esok dan bukan manusia kemaren. Semoga kehidupanmu menjadi lebih baik. Semoga engkau mendapatkan kemenangan. Semoga pandangan matamu menjadi lebih sejuk. Semoga jiwamu lebih berbahagia. Semoga kedudukanmu menjadi lebih utama, semoga penyebutan namamu lebih tinggi. Selamat wahai engkau hamba yang bertaubat, dengan seruan wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas.

Maha suci Allah SWT yang maha berkuasa, menghancurkan orang yang tergelincir, mengobati luka orang yang tersesat, menaungi orang-orang yang merendah dan tunduk. Akuilah kesalahanmu. Hindarilah dirimu dari kecelakaan. Akuilah…
Semoga  kita bersegera untuk melaksanakan taubat kepada Allah SWT dan merasakan nikmatnya kelezatan bertobat, , amin

sumber; http://azlankadir.blogdetik.com

»»   selengkapnya...

Selasa, 06 Desember 2011

MENUNDA-NUNDA SHOLAT "BAHAYA"


Bismillahirrohmanirrohiim

“Maka, datanglah sesudah mereka pengganti (yang kelak) yang menyia-nyiakan sholat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui sesesatan. Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh.” (Maryam: 59-60).

Ibnu Abbas berkata, “Makna menyia-yiakan sholat bukanlah meninggalkannya sama sekali, tetapi mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya.”

Imam para tabi’in, Sa’id bin Musayyib berkata, “Maksudnya adalah orang itu tidak mengerjakan sholat duhur sehingga datang waktu ashar; tidak mengerjakan ashar sehingga datang mahgrib; tidak sholat mahgrib sampai datang isya; tidak sholat isya sampai fajar menjelang; tidak sholat subuh sampai matahari terbit. Barang siapa mati dalam keadaan terus-menerus melakukan hal ini dan tidak bertobat, ALLAH menjanjikan baginya Ghayy, yaitu lembah di neraka Jahanam yang sangat dalam dasarnya lagi sangat tidak enak rasanya.”

“Maka, kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lupa akan sholatnya.” Al-Maa’uun: 4-5). Orang-orang lupa adalah orang-orang yang lalai dan meremehkan sholat.

Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang orang-orang yang lupa akan salatnya. Beliau menjawab, yaitu mengakhirkan waktunya.”

Mereka disebut orang-orang yang sholat. Namun, ketika mereka meremehkan dan mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya, mereka diancam dengan Wail, azab yang berat.

Ada juga yang mengatakan bahwa Wail adalah sebuah lembah di neraka Jahanam, jika gunung-gunung yang ada dimasukkan ke sana niscaya akan meleleh semuanya karena sangat panasnya. Itulah tempat bagi orang-orang yang meremehkan salat dan mengakhirkannya dari waktunya. Kecuali, orang-orang yang bertobat kepada ALLAH Taala dan menyesal atas kelalaiannya.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat ALLAH. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al-Munafiqun: 9).

Para mufasir menjelaskan, “Maksud mengingat ALLAH dalam ayat ini adalah sholat lima waktu. Maka, barang siapa disibukkan oleh harta perniagaannya, kehidupan dunianya, sawah ladangnya, dan anak-anaknya dari mengerjakan salat pada waktunya, maka ia termasuk orang-orang yang merugi.”

Rasulullah Saw. bersabda yang artinya, “Amal yang pertama kali dihisab padahari kiamat dari seorang hamba adalah sholatnya. Jika sholatnya baik maka telah sukses dan beruntunglah ia, sebaliknya, jika rusak, sungguh telah gagal dan merugilah ia.” (HR Tirmizi dan yang lain dari Abu Hurairah. Ia berkata, “Hasan Gharib.”)

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan ‘Laa ilaaha illallah’ (Tiada yang berhak diibadahi selain Allah) dan mengerjakan salat serta membayar zakat. Jika mereka telah memenuhinya, maka darah dan hartanya aku lindungi kecuali dengan haknya. Adapun hisabnya maka itu kepada ALLAH.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dan, “Barang siapa menjaganya maka ia akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari kiamat nanti. Sedang yang tidak menjaganya, maka tidak akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari itu. Pada hari itu ia akan dikumpulkan bersama Firaun, Qarun, Haman, dan ubay bin Khalaf.”
(HR Ahmad).

Sebagian ulama berkata,

“Hanyasanya orang yang meninggalkan sholat dikumpulkan dengan empat orang itu karena ia telah menyibukkan diri dengan harta, kekuasaan, pangkat/jabatan, dan perniagaannya dari sholat.

Jika ia disibukkan dengan hartanya, ia akan dikumpulkan bersama Qarun.

Jika ia disibukkan dengan kekuasaannya, ia akan dikumpulkan dengan Firaun.

Jika ia disibukkan dengan pangkat/jabatan, ia akan dikumpulkan bersama Haman.

Dan, jika ia disibukkan dengan perniagaannya akan dikumpulkan bersama Ubay bin Khalaf, seorang pedagang yang kafir di Mekah saat itu.”

Mu’adz bin Jabal meriwayatkan, Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa meninggalkan shalat wajib dengan sengaja, telah lepas darinya jaminan dari ALLAH Azza wa Jalla.” (HR Ahmad).

Umar bin Khattab berkata, “Sesungguhnya tidak ada tempat dalam Islam bagi yang menyia-nyiakan sholat.”

Umar bin Khattab meriwayatkan, telah datang seseorang kepada Rasulullah Saw. dan bertanya, “Wahai Rasulullah, amalan apakah dalam Islam yang paling dicintai oleh ALLAH Taala?”

Rasulullah menjawab,
“Sholat pada waktunya,
Barang siapa meninggalkannya, sungguh ia tidak lagi memiliki agama lagi, dan salat itu tiangnya agama.”

Kala Umar terluka karena tusukan, seseorang mengatakan, “Anda tetap ingin mengerjakan sholat, wahai Amirul Mukminin? “Ya, dan sungguh tidak ada tempat dalam Islam bagi yang menyia-nyiakan sholat,” jawabnya. Lalu, ia pun mengerjakan sholat, meski dari lukanya mengalir darah yang cukup banyak.

Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa berjumpa dengan ALLAH dalam keadaan menyia-nyiakan sholat, DIA tidak akan mempedulikan sautu kebaikan pun darinya.”

Ibnu Hazm berkata, “Tidak ada dosa yang lebih besar sesudah syirik, selain mengakhirkan sholat dari waktunya dan membunuh seorang mukmin bukan dengan haknya.”

Aun bin Abdullah berkata, “Apabila seorang hamba dimasukkan ke dalam kuburnya, ia akan ditanya tentang sholat sebagai sesuatu yang pertama kali ditanyakan. Jika baik barulah amal-amalnya yang lain dilihat. Sebaliknya, jika tidak, (maka) tidak ada satu amalan pun yang dilihat (dianggap tidak baik semuanya).”




Rasulullah Saw. bersabda,

“Apabila seorang hamba mengerjakan sholat di awal waktu, sholat itu –ia memiliki cahaya– akan naik ke langit sehingga sampai ke Arsy, lalu memohonkan ampunan bagi orang yang telah mengerjakannya, begitu seterusnya sampai hari kiamat.

sholat itu berkata, ‘Semoga ALLAH menjagamu sebagaimana kamu telah menjagaku.’

Dan, apabila seorang hamba mengerjakan sholat bukan pada waktunya, sholat itu–ia memiliki kegelapan–akan naik ke langit. Sesampainya di sana ia akan dilipat seperti dilipatnya kain yang usang, lalu dipukulkan ke wajah orang yang telah mengerjakannya.

sholat itu berkata, ‘Semoga ALLAH menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu telah menyia-nyiakanku’.”

Rasulullah Saw. bersabda,

“Ada tiga orang yang sholatnya tidak diterima oleh sholat:

1 .Seseorang yang memimpin suatu kaum padahal kaum itu membencinya;

2. Seseorang yang mengerjakan sholat ketika telah lewat waktunya; dan

3. Seseorang yang memperbudak orang yang memerdekakan diri.”

(HR Abu Dawud dari Abdullah bin Amru bin Ash).

Rasulullah Saw. juga bersabda,

"Barang siapa menjamak dua sholat tanpa ada uzur, sungguh ia telah memasuki pintu terbesar di antara pintu-pintu dosa besar.”

Dalam sebuah hadis yang lain disebutkan, “Sesungguhnya orang yang selalu menjaga sholat wajib niscaya akan dikaruniai oleh ALLAH SWT dengan lima karamah: (antara lain)

ditepis darinya kesempitan hidup,
dijauhkan ia dari azab kubur,
diterimakan kepadanya cacatan amalnya dengan tangan kanan,
ia akan melewati shirath seperti kilat yang menyambar,
dan akan masuk surga tanpa hisab.

Sebaliknya, orang yang menyia-nyiakannya niscaya akan dihukum oleh ALLAH dengan empat belas (14) hukuman: lima di dunia, tiga ketika mati, tiga di alam kubur, dan tiga lagi ketika keluar dari kubur.

Kelima hukuman di dunia antara lain adalah:

Barokah dicabut dari hidupnya,
Tanda sebagai orang saleh dihapus dari wajahnya,
Semua amalan yang dikerjakannya tidak akan diberi pahala oleh ALLAH,
Doanya tidak akan diangkat ke langit,
Dan dia tidak akan mendapat bagian dari doanya orang-orang saleh.

Hukuman yang menimpanya ketika mati diantaranya adalah:
Dia akan mati dalam kehinaan,
Dia akan mati dalam kelaparan,
Dan dia akan mati dalam kehausan, Meskipun ia diberi minum air seluruh lautan dunia, semua itu tidak mampu menghilangkan dahaganya.

Hukuman yang menimpanya dikubur antara lain adalah:
Kuburnya menyempit sehingga tulang-tulangnya remuk tak karuan,
Dinyalakan di sana api yang membara siang-malam,
Ia dihidangkan kepada seekor ular yang bernama As-Suja al-Aqra, yang kedua bola matanya dari api, kuku-kukunya dari besi, dan panjang tiap kuku itu sejauh perjalanan satu hari.
Ular itu terus-menerus melukai si mayit sambil berkata,

‘Akulah As-Suja al-Aqra!’ Seruannya bagaikan gemuruh halilintar,

‘Aku diperintah oleh RABB ku untuk memukulmu atas kelakuanmu yang menunda-nunda sholat subuh sampai terbit matahari,

juga atas salat dzuhur yang kau tunda-tunda sampai masuk waktu ashar,

juga atas ashar yang kau tunda-tunda sampai mahgrib,

juga atas mahgrib yang kau tunda-tunda sampai isya,

dan atas isya yang kau tunda-tunda sampai subuh.’

Setiap kali ular itu memukulnya, ia terjerembab ke bumi selama 70 hasta.

Demikian keadaannya sampai datangnya hari kiamat nanti.

Adapun hukuman yang menimpanya sekeluarnya dari kubur pada hari kiamat adalah hisab yang berat, kemurkaan RABB, dan masuk ke neraka.”

Dikisahkan, seseorang dari kalangan salaf turut menguburkan saudara perempuannya yang mati. Tanpa ia sadari sebuah kantong berisi harta yang ia bawa jatuh dan turut terkubur.

Begitu pula dengan mereka yang hadir, tidak satu pun menyadarinya. Sepulang darinya, barulah ia sadar.

Maka, ia kembali ke makam dan ketika semua orang telah pulang ke tempat masing-masing ia bongkar kembali makam saudaranya itu.

Dan ia pun terkejut begitu melihat api yang menyala-nyala dari dalam makam.

Serta merta ia kembalikan tanah galian, dan pulang sambil bercucuran air mata.

Mendapati ibunya, ia bertanya,

“Duhai Ibunda, gerangan apakah yang telah dilakukan oleh saudara perempuanku?”

“Mengapa kau menanyakan,anakku?” ibunya balik bertanya.

Ia pun menjawab,

“Bunda, sungguh aku melihat kuburnya dipenuhi kobaran api.”

Lalu, ibunya menangis dan berkata,

“Wahai anakku, dulu saudara perempuanmu terbiasa meremehkan dan mengakhirkan sholat dari waktunya.”

Ini adalah keadaan mereka yang mengakhirkan sholat dari waktunya. Lalu, bagaimanakah dengan mereka yang tidak mengerjakannya?

Marilah kita memohon pertolongan kepada ALLAH agar kita,keluarga kita, saaudara2 & para teman2 kita selalu diberikan HIDAYAH agar dapat menjaga sholat pada waktunya. Sesungguhnya ALLAH Maha Pemurah lagi Maha Mulia.


Sumber: Al-Kabaair, Syamsuddin Muhammad bin Utsman bin Qaimaz at-Turkmani al-Fariqi ad-Dimasyqi asy-Syafii



»»   selengkapnya...

Template by:
Free Blog Templates