Rabu, 22 Februari 2012

Taubat dalam Sunnah Nabi SAW

Dalam sunnah Nabi Saw, kita banyak menemukan hadits-hadits yang mengajak kita untuk bertaubat, menjelaskan keutamaannya, dan mendorong untuk melakukannya dengan berbagai cara. Hingga Rasulullah Saw bersabda:

    "Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah SWT, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah SWT dalam satu hari sebanyak seratus kali". (Hadits diriwayatkan oleh Muslim dari Al Aghar al Muzni.)

Aku cukupkan dengan menyebut beberapa hadits yang disebutkan oleh hafizh al Mundziri dalam kitabnya "at-Targhib wa Tarhib", dan aku sebutkan hadits-hadits yang paling penting dari hadits-hadits itu dalam kitabku: "al Muntaqa min at Targhib wa Tarhib".

Dari Abi Musa r.a. diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda:

    "Sesungguhnya Allah SWT membuka "tangan"-Nya pada malam hari untuk memberikan ampunan kepada orang yang melakukan dosa pada siang hari, dan membuka "tangan"-Nya pada siang hari, untuk memberikan ampunan kepada orang yang melakukan dosa pada malam hari, (terus berlangsung demikian) hingga (datang masanya) matahari terbit dari Barat (kiamat)". Hadits diriwayatkan oleh an-Nasaai.

Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw bersabda:

    "Jika kalian melakukan dosa hingga dosa kalian sampai ke matahari, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan mengampuni kalian". Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad yang baik. (Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam kitab Az Zuhd (4248), dan dalam kitab az Zawaid diterangkan: ini adalah isnad hasan.).

Dari Jabir r.a. ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:

    "Di antara kebahagiaan manusia adalah, panjang usianya, dan Allah SWT memberikan rezeki taubat kepadanya".

Hadits ini diriwayatkan oleh Al Hakim. Dan ia berkata: isnad hadits ini sahih. (Penilaian Al Hakim ini disetujui oleh Adz Dzahabi (4/240) dan Al Haitsami menyebutkan sebagian hadits ini dan berkata: Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Al Bazzar, dan sanadnya adalah hasan (10/203).).

Dari Abi Sa'id al Khudri r.a. dari Nabi Saw beliau bersabda:

    "Perumpamaan orang mu'min dan iman adalah seperti kuda dalam kandang (ikatan) nya, ia berjalan sebentar ke luar untuk kemudian kembali ke kandang (ikatan) nya . Dan seorang mu'min dapat lalai dan melakukan kesalahan namun kemudian ia kembali kepada keimanannya. Maka berikan makanan kalian kepada kaum yang bertakwa, dan kaum mu'minin yang baik". Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam sahihnya. (Yaitu dalam al Mawaarid (2451), dan diriwayatkan pula oleh Ahmad dan Abu Ya'la seperti dikatakan oleh al Haitsami, dan para periwayatnya adalah sahih, selain Abi Sulaiman al Laitsi, dan Abdullah bin al Walid at Tamimi, keduanya adalah tsiqat (10/201).).

Dari Anas r.a. bahwa Nabi Saw bersabda:

    "Seluruh anak Adam adalah cenderung berbuat salah, dan paling baik orang yang berbuat salah adalah mereka yang bertaubat". Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi, Ibnu Majah, dan Hakim. Seluruhnya dari riwayat Ali bin as'adah.(Ibnu Hajar berkata tentangnya dalam kitab at Taqrib: ia Shaduq dan mempunyai sedikit kelemahan (awham)).

Tirmizi berkata: hadits ini gharib, kami hanya medapatkannya dari Ali bin Mas'adah dari Qatadah. Al Hakim berkata: Isnadnya sahih. (Hadits riwayatkan oleh Tirmidzi dalam kitab Shifaat al Qiyaamah (1, 25) dan Ibnu Majah dalam kitab az Zuhd (4252), dan al Hakim (4/244). Adz Dzahabi berkata: Ali adalah layyin (agak lemah), dan Ibnu Al Qaththan mendukung al Hakim seperti terdapat dalam kitab Al Faidh (5/17). Dan dinilai hasan oleh Al Albani dalam kitab Sahih Jami' Shagir (5415).).

Dari Abi Hurairah r.a. bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabda:

    "Seorang hamba melakukan dosa, dan berdo'a: 'Ya Tuhanku, aku telah melakukan dosa maka ampunilah aku'. Tuhannya berfirman: 'hamba-Ku mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dan menghapus dosanya, maka Tuhan-pun mengampuninya'. Kemudian waktu berjalan dan orang itu tetap seperti itu hingga masa yang ditentukan Allah SWT, hingga orang itu kembali melakukan dosa yang lain. Orang itupun kembali berdo'a: 'Ya Tuhanku, aku kembali melakukan dosa, maka ampunilah dosaku'. Tuhan-nya berfirman: 'Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan Yang mengampuni dan menghapus dosanya', maka Tuhan-pun mengampuninya. Kemudian ia terus dalam keadaan demikian hingga masa yang ditentukan Allah SWT, hingga akhirnya ia kembali melakukan dosa. Dan ia berdo'a: 'Ya Tuhanku, aku telah melakukan dosa, maka ampunilah daku'. Tuhan-nya berfirman: 'Hamba-Ku mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan Yang mengampuni dan menghapus dosanya'. Maka Tuhannya berfirman: 'Aku telah berikan ampunan kepada hamba-Ku, dan silahkan ia melakukan apa yang ia mau". Hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Redaksi: 'falya'mal ma syaa' "silakan ia melakukan apa yang ia mau" maknanya adalah --wallahu a'lam--: selama dia melakukan dosa dan beristighfar kemudian diampuni, dan ia tidak melakukan dosa itu lagi. Dengan dalil redaksi: "kemudian ia melakukan dosa lagi" maka ia dapat melakukannya lagi jika itu merupakan perangainya, sesuai kemauannya. Karena ia, setiap kali ia melakukan suatu dosa maka taubat dan istihgfarnya menjadi penghapus dosanya itu, dan ia tidak mendapatkan celaka. Tidak karena ia melakukan suatu dosa, kemudian ia beristighfar dari dosanya itu dengan tanpa berusaha membebaskan dirinya dari kebiasan buruknya itu, karena itu adalah taubat orang yang suka bohong.

Telah disebutkan sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda:

    "Sesungguhnya seorang hamba, jika ia melakukan dosa maka terdapat bintik hitam dalam hatinya, dan jika ia bertaubat dan meninggalkan perbuatan dosa itu serta beristighfar, maka hatinya kembali dibersihkan".

Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata: kaum Quraisy berkata kepada Rasulullah Saw: "Berdoalah kepada Rabbmu agar bukit Shafa dijadikan emas bagi kami, dan jika ia telah berhahasil menjadi emas, kami akan mengikutimu". Maka Rasulullah Saw berdoa kepada Rabbnya dan Jibril a.s. datang dan berkata: "Rabbmu mengucapkan salam kepada engkau. Dan berfirman kepada engkau: Jika engkau mau maka dapat Aku jadikan emas bukit Shafa itu bagi mereka, namun jika kemudian dari mereka itu (kaum kafir Quraisy) ada yang kafir, maka Aku akan azab dia dengan azab yang tidak pernah aku timpakan kepada seorangpun di dunia. Dan jika engkau mau, Aku buka bagi mereka pintu taubat dan rahmah". Rasulullah Saw bersabda: "(aku ingin dibukakan) Pintu taubat dan rahmat saja". Hadits diriwayatkan oleh Thabrani, dan para perawinya adalah sahih. (Dan sejenisnya disebutkan oleh Al Haitsami (10/196) seperti diriwayatkan oleh Al Hakim. Dan ia berkata: Isnadnya sahih, dan itu setujui oleh Adz Dzahabi (4/240).).

Dari Abdullah bin Umar r.a. dari Nabi Saw bersabda:

    "Sesungguhnya Allah SWT akan menerima taubat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di tenggorokan (sakratul maut)".

Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dan Tirmizi. Ia berkata: hadits ini hasan. (Hadits diriwayatkan oleh At Tizmidzi dalam kitab Ad Da'awat (3531) dan Ibnu Majah dalam az Zuhd. Dan ia menjadikannya dari hadits Abdullah bin Amru. Seperti diriwayatkan oleh al Hakim juga dan ia mensahihkannya, serta disetujui oleh adz Dzahabi (4/257). Dan Al Haitsami menyebutkannya dalam kitab Majma' Zawaid sebagian dari hadits itu dari salah seorang sahabat, dan ia berkata: Hadits ini diriwaytkan oleh Ahmad dan para perawinya adalah sahih, selain Abdu Rahman (bin al Bailamani) dia adalah tsiqat (10/197).).

Dari Abdullah bin Mas'ud r.a. dari Nabi Saw bersabda:

    "Orang yang bertaubat dari dosa adalah seperti orang yang tidak berdosa". Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dan Thabrani dan keduanya dari riwayat Abi Ubaidah bin Abdullah bin Mas'ud dari bapaknya. Dan ia tidak mendengar darinya. Dan para perawi Thabrani adalah sahih. (Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Maad dalam kitab Al Zuhd (4250) dan Ibnu Hajar menghukumkannya hasan, dengan melihat hadits-hadits sejenis yang menguatkannya, seperti terdapat dalam kitab Al Maqhashid, al Faidh, al Kasyf. Dan Al Albani mensahihkannya dalam kitab Sahih Jami' Shaghir (3008).).

Dan hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Dunya, dan Baihaqi secara marfu' juga dari hadits Ibnu Abbas. Dan ia menambahkan: "dan orang yang meminta ampunan dari suatu dosa, sementara ia masih tetap melakukan dosa itu adalah seperti orang yang mengejek Tuhannya". Tambahan ini diriwayatkan secara mauquf, barangkali ia lebih mirip.

Dari Abdullah bin Ma'qal ia berkata; Aku masuk bersama ayahku kepada Abdullah bin Mas'ud r.a. . dan ayahku berkata kepadanya: Aku mendengar Nabi Saw bersabda: "Penyesalan adalah taubat"? (Maksudnya, pokok yang paling utama dalam taubat adalah penyesalan. Seperti terdapat dalam hadits "Hajji adalah Arafah". Maka itu tidak menafikan keharusan adalah tekad dan meninggalkan perbuatan dosa itu untuk mencapai taubat yang sempurna.)

Ia menjawab: benar. Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim. Dan ia berkata: isnadnya sahih. (Disepakati oleh Adz Dzahabi (4/243) dan Al Mundziri lupa untuk menisbahkannya kepada Ahmad, seperti kami telah singgung. Syaikh Syakir berkata: Sanadnya sahih. Seperti diriwayatkan oleh Ibnu Majah juga 4252).).

Dari Abi Hurairah r.a. dari Nabi Saw bersabda:

    "Demi Dzat Yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, jika kalian tidak berbuat dosa niscaya Allah SWT akan membinasakan kalian dan mendatangkan suatu makhluk lain yang berbuat dosa, sehingga mereka kemudian meminta ampun kepada Allah SWT dan Allah SWT mengampuni mereka". (Karena di antara nama Allah SWT adalah "Al Ghaffaar" --Maha Pemberi ampunan. Maka siapa yang akan memberikan ampunan jika seluruh hamba-Nya adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan dosa?!! Maka orang yang telah melakukan dosa hendaknya tidak menjadi putus asa, selama dosa yang ia lakukan itu adalah bukan dosa besar. Karena ampunan Allah SWT lebih besar dari dosanya itu. Dan Allah SWT berfirman: "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Penyampun lagi Maha Penyayang". (QS. Az-Zumar: 53).). Hadits diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya.

Dari 'Imran bin Hushain r.a. bahwa seorang wanita dari Juhainah datang kepada Rasulullah Saw, dan wanita itu sedang hamil karena zina. Kemudian wanita itu berkata kepada beliau: Wahai Rasulullah Saw aku telah melanggar had, maka jatuhkanlah kepada saya hukumannya". Kemudian Nabi Saw memanggil keluarganya. Dan bersabda:

    "Perlakukanlah dia dengan baik, dan jika ia telah melahirkan maka bawalah dia kemari". Keluarganya pun menjalankannya. Kemudian (setelah datang masanya) Rasulullah Saw memerintahkan untuk menjatuhkan hukum atasnya, dan badannya diikat, kemudian iapun dirajam. Setelah itu Rasulullah Saw menshalatkan jenazahnya. Melihat itu Umar bertanya: Wahai Rasulullah Saw apakah baginda menshalatkannya padahal ia telah berzina? Rasulullah Saw bersabda:


    "Ia telah melakukan taubat yang jika taubat itu dibagi-bagi bagi tujuh puluh penduduk Madinah niscaya mencukupi mereka, dan apakah engkau dapati yang lebih baik daripada orang yang datang menyerahkan dirinya kepada Allah SWT?". Hadits diriwayatkan oleh Muslim.

Dari Abi Sa'id al Khudri r.a. bahwa Nabi Saw bersabda:

    "Pada jaman sebelum kalian ada seseorang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, kemudian ia mencari manusia yang paling alim di muka bumi, dan ia pun ditunjukkan kepada seorang rahib. Ia mendatangi rahib itu dan bertanya: bahwa ia telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, maka apakah ia masih dapat bertaubat?. Sang rahib menjawab: "tidak". Dan orang itupun membunuh sang rahib, hingga ia melengkapi bilangan seratus orang yang telah ia bunuh. Kemudian ia kembali menanyakan tentang orang yang paling alim di muka bumi, dan ia pun ditunjukkan kepada seorang alim, dan ia bertanya: bahwa ia telah membunuh seratus manusia, maka apakah ia dapat bertaubat? Orang alim itu menjawab: "ya bisa, siapa yang menghalangi antaranya dengan taubat? Pergilah engkau ke daerah ini dan ini, karena di sana ada manusia yang menyembah Allah, maka beribadahlah bersama mereka, dan jangan kembali ke negerimu lagi; karena ia adalah negeri yang buruk". Orang itu kemudian berangkat menuju negeri yang ditunjukan itu hingga sampai di tengah perjalanan, di sana malaikat maut mendatanginya dan mencabut nyawanya. Kemudian malaikat rahmat dan malaikat azab bertengkar; malaikat rahmah berkata: Orang ini telah berangkat untuk bertaubat kepada Allah SWT (oleh karena itu ia berhak mendapatkan rahmah). Sedangkan malikat azab berkata: orang ini tidak pernah melakukan kebaikan sedikitpun (oleh karena itu ia seharusnya diazab. Selanjutnya, datang malaikat dalam bentuk seorang manusia, dan berkata kepada keduanya: Ukurlah antara dua negeri itu (antara tempat asalnya dan tempat tujuannya), tempat mana yang lebih dekat orang itu, maka orang itu dimasukkan dalam kelompok itu. Malaikat pun mengukurnya dan mendapati orang itu lebih dekat ke tempat yang ditujunya (tempat orang saleh), maka orag itupun dicabut oleh malaikat rahmah".

Dalam satu riwayat:

    "Maka diketahui orang itu lebih dekat ke negeri yang saleh sekadar satu jengkal, sehingga iapun dimasukkan dalam golongan orang saleh itu".

dalam riwayat lain:

    "Allah SWT memerintahkan kepada negeri yang buruk itu untuk menjauh dan kepada negeri yang saleh untuk mendekat. Kemudian memerintahkan kepada malaikat: Ukurlah antara keduanya, dan para malaikut mendapati orang itu lebih dekat ke negeri yang saleh sekadar satu hasta, maka Allah SWT mengampuni orang itu".

Dalam riwayat lainnya: Qatadah berkata: Hasan berkata: Diceritakan kepada kami bahwa ketika beliau didatangi malaikat pencabut nyawa ia menyodorkan dadanya kepadanya". Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah dengan sejenisnya.

Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw bersabda:

    "Allah SWT berfirman: " Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya ketika ia berdzikir kepada-Ku, dan Allah SWT lebih senang dengan taubat seorang manusia dari pada seorang kalian yang menemukan kembali perbekalannya di padang tandus. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu lengan, dan barang siapa mendekat kepada-Ku satu lengan maka Aku akan mendekat kepadanya dua lengan, dan jika ia menghadap kepada-Ku dengan berjalan maka Aku akan menemuinya dengan berlari". Hadits diriwayatkan oleh Muslim, dan lafazhnya darinya, juga Bukhari dengan lafazh yang sama.

Dari Syuraih --yaitu Ibnu Harits-- ia berkata: Aku mendengar seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah Saw berkata: Rasulullah Saw bersabda:

    "Allah SWT berfirman: Wahai anak Adam, bangunlah kepada-Ku niscaya aku akan berjalan kepadamu, dan berjalanlah kepada-Ku niscaya Aku datang kepadam dengan berlari". hadits diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanadnya yang sahih. (Dan al Haitsami berkata: Diriwayatkan oleh Ahmad dan para perawinya adalah sahih, kecuali Syuraih bin Harits, ia adalah tsiqat (10/196, 197).).

Dari Anas bin Malik r.a. ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: "Allah SWT lebih berbahagia mendapati hamba-Nya bertaubat dari seorang yang tiba-tiba menemukan kendaraannya kembali setelah hilang di padang pasir", hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Keduanya juga meriwayatkannay dari Ibnu Mas'ud dengan redaksi yang lebih luas dari itu. Dan akan disebutkan pada waktunya nanti.

Dari Abi Dzar r.a. ia berkata; Rasulullah Saw bersabda:

    "Barangsiapa yang melakukan kebaikan pada masa usianya yang tersisa maka ia akan diampuni akan dosa-dosanya yang telah lalu, dan barangsiapa yang berbuat buruk pada masa usianya yang tersisa maka ia akan dipertanyakan akan dosa yang telah lalu dan dosa pada usianya yang tersisa". Hadits diriwayatkan oleh Thabrani denagn sanad hasan. (Seperti itu pula al Haitsami berkata: (10/202).).

Dari 'Uqbah bin 'Amir ia berkata: Rasulullah Saw bersabda:

    "Sesungguhnya perumpamaan orang yang mengerjakan keburukan dan kemudian melakukan kebaikan adalah seperti orang yang mengenakan pakaian besi yang telah menjepitnya, kemudian ia melakukan kebaikan dan pakaian besi itupun membuka satu sisinya, dan ketika ia melakukan kebaikan yang lain baju besi itupun makin mengendur hingga akhirnya ia dapat keluar darinya". Hadits diriwayatkan oleh Ahmad, dan Thabrani dengan dua sanad, dan salah satu sanadnya adalah sahih. (Dan al Haitsami berkata: Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani. Dan satu sanad Thabrani para perawinya adalah sahih (10/201, 202).).

Dari Abi Huraira r.a. ia berkata: bahwa seorang laki-laki mencium seorang wanita, dalam riwayat lain disebutkan: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw dan berkata: Wahai Rasulullah Saw, aku mengobati seorang wanita di ujung kota, dan aku menyentuh bagian dari tubuh yang seharusnya tidak perlu aku sentuh [dalam pengobatan] (Perkataannya: "menyentuh bagian dari tubuh yang seharusnya tidak perlu aku sentuh (dalam pengobatan)" maksudnya adalah melakukan perbuatan selain bersetubuh.), saya mengakui perbuatan saya, maka berikanlah hukuman kepada saya sesuai kehendak Rasulullah Saw". Umar berkata: Allah SWT akan menutupi perbuatanmu jika kamu menutupinya. Ia berkata: Dan Nabi Saw tidak mengatakan apa-apa kepadanya. Kemudian orang itu bangkit dan berjalan. Dan kemudian Rasulullah Saw mengutus seseorang untuk memanggilnya kembali dan membacakan ayat ini:

    "Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat" (QS. Hud: 114.).

Seorang laki-laki dari yang hadir berkata: Wahai Nabi Allah, apakah itu hanya khusus baginya? Rasulullah Saw bersabda: "Namun bagi seluruh manusia". Hadits diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya.

Dari Abi Thawil Syathbul Mamdud bahwa ia mendatangi Nabi Saw dan bertanya: Apakah orang yang telah melakukan segala dosa seluruhnya, dan tidak ada suatu dosa apapun yang tidak pernah dilewatkannya, baik dosa yang kecil maupun yang besar telah ia lakukan, apakah ia masih terbuka taubat baginya?" Rasulullah Saw bersabda: "Apakah engkau telah masuk Islam?". sedangkan saya, maka aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa engkau adalah Rasulullah Saw". Rasulullah Saw bersabda: " Lakukanlah kebaikan, dan tinggalkanlah seluruh keburukan, niscaya Allah SWT akan menjadikan itu semua sebagai kebaikan". Orang itu kembali bertanya: "Apakah itu termasuk dengan perbuatan-perbuatan burukku yang lalu?". Rasulullah Saw menjawab: "Ya". Orang itu mengucapkan: Allah Akbar!, dan ia terus bertakbir (sambil berjalan) hingga tubuhnya tidak terlihat oleh kami. Hadits diriwayatkan oleh Al Bazzar, dan Thabrani, dan lafazh hadits itu adalah riwayatnya. Dan isnadnya adalah jayyid dan kuat. (Al Haitsami berkata: (10/202) hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dan Al Bazzar dengan riwayat yang sama. Dan para perawi Bazzar adalah sahih, selain Muhammad bi Harun Abi Nasyith, dia adalah tsiqat.).

http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Taubat/Sunnah.html

»»   selengkapnya...

Senin, 20 Februari 2012

Hadits taubat 2

وعَنْ أبي عبد الرحمن عبد اللَّه بن عمر بن الخطاب رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قال: <إن اللَّه عَزَّ وَجَلَّ يقبل توبة العبد ما لم يغرغر> رَوَاهُ الْتِّرْمِذِيُّ وقال حديث حسن

Dari Abu Abdur Rahman yaitu Abdullah bin Umar bin al-Khaththab ra. dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Sesungguhnya Allah ‘Azzawajalla itu menerima taubatnya seseorang hamba selama ruhnya belum sampai di kerongkongannya – yakni ketika akan meninggal dunia.”Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan.
»»   selengkapnya...

Jumat, 03 Februari 2012

Tetesan air mata



Segala puji hanya bagi Mu Ya Allah, di genggaman-Mu segala apa yang ada di alam, Engkau Yang Maha Pengampun atas segala dosa dan kesalahan, Maha Penerima Taubat dari hamba-Mu yang bertaubat, Engkau Yang Maha Dahsyat siksa-Nya, Engkau Yang Maha Luas Karunia-Nya, Tiada Illah Yang Haq kecuali Engkau, Kepada-Mu Ya Allah kami semua akan kembali.

Saudaraku…

Sungguh “Tiada suatu haripun yang fajarnya menyingsing dari ufuk Timur melainkan ia berseru: ”Wahai anak Adam! Aku adalah makhluk yang baru dan aku menjadi saksi seluruh amal perbuatanmu, maka ambillah bekal dari padaku, sungguh aku tidak akan pernah kembali lagi hingga datangnya hari kiamat nanti” (H.R. Abu Nu’aim).

Saudaraku…

Bila detik, menit, dan hari terus berlalu dan tak pernah kembali…lalu apa yang bisa sudah kita lakukan untuk menyongsong Yaumul Hisab? Sekiranya detik dan menit dalam hidup kita ini hanya bernilai rupiah dan dolar atau materi semata, apakah kira-kira yang akan menjadi pemberat amal kita kelak? Jika langkah-langkah kaki kita yang menapakai bumi ini hanya sebatas rutinitas hampa akan nilai kesholihan, mampukah kiranya kita memijak panasnya bumi Mahsyar kelak? Dan kalaulah lemahnya ketaatan diri kita ini yang dominan, bisakah kita menerima raport amal kita kelak dengan tangan kanan?

Wahai saudara...

Mari kita tengok diri kita, yang saat ini sedang penat dan letih, yang tersungkur di bawah tindihan beban hubbud dunya. Mari kita belai jiwa kita, yang saat ini sedang suntuk dan gelisah dihadapan onggokan noda dan dosa, maksiat dan kesalahan. Mari kita tengok ke belakang tapak-tapak kehidupan kita dan juga pandang ke depan arah perjuangan ini.

Saudaraku...

Bawa kembali ingatan kita atas – amal – amal kita kemarin. Mata yang merupakan anugerah Allah ini, sudahkah ia dipergunakan untuk beribadah dengan penuh kesyukuran. Ataukah kita pegunakan untuk melihat apa – apa yang bukan menjadi hak kita seperti gambar – gambar maksiat, atau rekan lawan jenis kita dengan syahwat. Maka mari saudaraku kita beristighfar atas dosa –dosa mata kita. Pelan saja karena Allah Maha Mendengar. Astaghfirullah hal ‘adzim....

Kemudian apakah mulut ini, yang setiap saat selalu keluar kata dan canda. Apakah perkataan yang kita ucapkan itu baik dan bermanfaat, ataukah banyak ghibah dan menyakiti orang lain. Berapa banyak dzikir terlantun dari mulut ini setiap harinya. Berapa banyak untaian ayat – ayat Allah yang terucap darinya. Maka mari saudaraku kita beristighfar atas dosa –dosa mulut kita. Atas segala ghibah yang pernah kita lakukan. Atas segala kata – kata pedas yang menyakitkan. Atas segala candaan yang melenakan. Astaghfirullah hal ‘adzim....

Selanjutnya, bagaimana dengan anggota tubuh yang lain. Telinga, tangan, kaki, dan anggota badan lainnya. Apakah kita pergunakan mereka untuk beribadah kepada Allah ataukah untuk bermaksiat kepada-Nya. Maka mari saudaraku kita beristighfar atas dosa –dosa anggota tubuh kita. Astaghfirullah hal ‘adzim....

Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’nan nashir ...

Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzolimin...

Allahuma Sholli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa ali muhammad.

Yaa Allah, hanya engkaulah sebaik – baik pelindung, engkaulah sebaik baik penolong. Dan Engkau tahu kami ini adalah hamba yang dzolim terhadap diri kami, maka ampunilah kami. Ampuni  tubuh ini jika berbuat  maksiat, ampuni jasad ini  jika mengandung barang yang haram,  ampuni jika  tubuh ini  sering  menyakiti orang lain. ampuni jika hati ini masih dengki kepada orang lain.

Ya Allah, berilah kekuatan kepada diri ini untuk menjauh dari maksiat, jauhkanlah diri ini dari menyakiti orang lain, bersihkan hati ini dari dengki kepada saudaraku yang lain. Jadikan umur yang tersisa ini untuk beribadah kepada-Mu

Saudaraku...

Segarkan ingatan kita atas kedua orang tua kita. Bayangkan wajah tua mereka. Lupakah engkau dengan beban, kepayahan, dan kesakitan saat ibumu mengandung, melahirkan dan membesarkanmu. Lupakah engkau dengan kerutan diwajah ayahmu yang semakin banyak karena memikirkan bagaimana menghadirkan senyuman dibibirmu dan betapa berototnya beliau atas kerja keras yang selama ini dilakukan untuk menafkahimu.

Sekarang tanyakan kepada dirimu sendiri, apakah yang sudah engkau berikan kepada mereka. Kebahagiaan ataukah kenakalan. Senyuman ataukah beban pikiran.

Sungguh andaikata engaku hidup ratusan tahun maka tak kan sanggup untuk membalas kebaikan mereka, tapi mengapa kita durhaka kepada mereka. Mengapa sering kita membantah perkataan mereka? Mengapa sering kita membebani pikiran dan hati mereka dengan segala tingkah kita?

Saudaraku...

Mari kita hadirkan keadaan lingkungan masyarakat kita. Betapa banyak mereka yang melakukan kesyirikan, dan terbelenggu khurafat. Betapa banyak yang haus untuk bisa membaca Al Qur’an. Betapa banyak yang jatuh pada jurang kemiskinan yang menjadi santapan pemurtadan.

Maka, apakah amal yang telah kau perbuat untuk membantu mereka. Bukankah Rosul telah mengatakan bahwa barangsiapa seorang muslim bangun dipagi hari tapi tidak memikirkan kepentingan kaum muslimin bukan ummatnya. Ataukah lupakah engkau dengan kewajiban yang termuat dalam Al Qur’an untuk amar ma’ruf, nahyi mungkar dan berjihad dijalan-Nya?

Saudaraku...

Kullu nafsin dzaiqotul maut...

Setiap yang bernafas pasti akan mati. Maka apabila sang malaikat maut itu datang, ketika kita belum mencuci segala dosa – dosa kita. Dosa mata kita, dosa mulut kita, dosa telinga kita, dosa tangan kita, dosa kita kepada kedua orang tua kita. Dan bagaimana jika maut itu datang ketika kita belum berbuat baik kepada kedua orang tua kita, apalagi membalas segala jasanya.

Kemudian bagaimana jika maut itu datang ketika kita belum berbuat banyak kepada ummat ini, apa jawaban kita atas kewajiban kita itu dihadapan Allah kelak?

Maka istighfarlah saudaraku... istighfar... Astagfirullah hal a’dzim....

Saudaraku...

Mari cermati arahan uswah kita Muhammad SAW: "Wahai sekalian manusia, sungguh...dalam hidup kalian ada rambu-rambu petunjuk jalan, maka ikutilah rambu-rambu itu, dan sungguh pada hidup kalian semua ada batas akhir, maka berhentilah pada batas yang telah ditentukan. Sesungguhnya seorang mukmin itu senantiasa berada pada rasa takut: antara kehidupan yang telah ia lalui, dimana ia tidak tahu apa yang diperbuat Allah terhadap dirinya - Apakah Allah catat dia bersama orang-orang yang sholih atau sebaliknya? - dan waktu hidup yang masih tersisa, di mana ia tidak tahu apa yang ditetapkan Allah terhadapnya - husnul khotimah ataukah sebaliknya, na'udzubillah ?

Karena itu saudaraku...

Hendaklah seorang hamba mengoptimalkan potensi dirinya untuk menyelamatkan dirinya sendiri, menggunakan kehidupan dunianya sebaik-baiknya untuk membangun kemegahan akhiratnya, menggunakan masa mudanya sebelum tuanya dan mengoptimalkan detik-detik kehidupan ini sebelum ajal, demi Dzat yang jiwa Muhammad digenggamanNya, sesudah kematian tak ada kepayahan, sesudah kehidupan dunia tak ada kehidupan, melainkan Syurga atau Neraka" (H.R. Ibnu Abbas)

Saudaraku...

Sungguh perjalanan hidup kita masih panjang dan melelahkan, bekal kita amatlah sedikit, sedang tempat kembali kita...? Kita tidak tahu saudarakau...! Apakah Syurga atau Neraka? Maka saudaraku apa yang bisa kita lakukan saat ini untuk meraih keindahan hidup kelak, lakukanlah dengan terus mencermati Kalam Rabb kita (QS. 9:105) "Bekerjalah, berbuatlah, beramallah, Allah dan RasulNya juga orang-orang beriman akan senantiasa melihat amal-amalmu!" Hanya kepada Allah Robb Amiin.
»»   selengkapnya...

Minggu, 15 Januari 2012

Allah.....Ampuni Ya Allah


dihamparan kain yang lusuh
jiwa tertunduk dan bersimpuh
memohon ampun dari yang maha pengampun
atas segala dosa-dosa
yang mencemari raga yang semakin renta

kami…
hanyalah setitik debu yang hina
yang rapuh dan tak lupa
dari hilaf serta dosa

tersadar didalam gelisah
setelah begitu jauh melangkah
setelah begitu jauh melangkah
setelah terlalu lama terlena
akan kenikmatan nafsu dunia fatamorgana
mungkinkah kan mengelupas dari tubuh
kotoran-kotoran
yang telah mendarah daging menjadi satu
kami tahu…..
tubuh yang telah terbalut dosa
takkan bisa disucikan
walau dengan seluas samodra
ya…alloh
apapun kehendakmu kami ihklas
biarkan air mata ini menetes
bukan karena air mata derita
biarkan air mata ini mengalir
karena air mata bahagia
disisa-sisa ahkir nafas
berilah yang terbaek
kami yakin ENGKAU MAHA segalanya
kan terima taubat kami
sebelum nyawa terlepas dari raga


From: “TRI ULAN” (http://www.bangfad.com/sastra/tag/puisi-islami)


»»   selengkapnya...

Jumat, 06 Januari 2012

Maksiat menggelapkan hati

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Setiap hari tidak bosan-bosannya kita melakukan maksiat. Aurat terus diumbar, tanpa pernah sadar untuk mengenakan jilbab dan menutup aurat yang sempurna. Shalat 5 waktu yang sudah diketahui wajibnya seringkali ditinggalkan tanpa pernah ada rasa bersalah. Padahal meninggalkannya termasuk dosa besar yang lebih besar dari dosa zina. Saudara muslim jadi incaran untuk dijadikan bahan gunjingan (alias “ghibah”). Padahal sebagaimana daging saudaranya haram dimakan, begitu pula dengan kehormatannya, haram untuk dijelek-jelekkan di saat ia tidak mengetahuinya. Gambar porno jadi bahan tontonan setiap kali browsing di dunia maya. Tidak hanya itu, yang lebih parah, kita selalu jadi budak dunia, sehingga ramalan primbon tidak bisa dilepas, ngalap berkah di kubur-kubur wali atau habib jadi rutinitas, dan jimat pun sebagai penglaris dan pemikat untuk mudah dapatkan dunia. Hati ini pun tak pernah kunjung sadar. Tidak bosan-bosannya maksiat terus diterjang, detik demi detik, di saat pergantian malam dan siang. Padahal pengaruh maksiat pada hati sungguh amat luar biasa. Bahkan bisa memadamkan cahaya hati. Inilah yang patut direnungkan saat ini.

Ayat yang patut jadi renungan di malam ini adalah firman Allah Ta’ala,
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthoffifin: 14)

Makna ayat di atas diterangkan dalam hadits berikut.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.”

Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah dosa di atas tumpukan dosa sehingga bisa membuat hati itu gelap dan lama kelamaan pun mati.” Demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid, Qotadah, Ibnu Zaid dan selainnya.

Mujahid rahimahullah mengatakan, “Hati itu seperti telapak tangan. Awalnya ia dalam keadaan terbuka dan jika berbuat dosa, maka telapak tangan tersebut akan tergenggam. Jika berbuat dosa, maka jari-jemari perlahan-lahan akan menutup telapak tangan tersebut. Jika ia berbuat dosa lagi, maka jari lainnya akan menutup telapak tangan tadi. Akhirnya seluruh telapak tangan tadi tertutupi oleh jari-jemari.”

Penulis Al Jalalain rahimahumallah menafsirkan, “Hati mereka tertutupi oleh “ar raan” seperti karat karena maksiat yang mereka perbuat.”

Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan perkataan Hudzaifah dalam fatawanya. Hudzaifah berkata, “Iman membuat hati nampak putih bersih. Jika seorang hamba bertambah imannya, hatinya akan semakin putih. Jika kalian membelah hati orang beriman, kalian akan melihatnya putih bercahaya. Sedangkan kemunafikan membuat hati tampak hitam kelam. Jika seorang hamba bertambah kemunafikannya, hatinya pun akan semakin gelap. Jika kalian membelah hati orang munafik, maka kalian akan melihatnya hitam mencekam.”

Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Jika dosa semakin bertambah, maka itu akan menutupi hati pemiliknya. Sebagaimana sebagian salaf mengatakan mengenai surat Al Muthoffifin ayat 14, “Yang dimaksud adalah dosa yang menumpuk di atas dosa.”

Inilah di antara dampak bahaya maksiat bagi hati. Setiap maksiat membuat hati tertutup noda hitam dan lama kelamaan hati tersebut jadi tertutup. Jika hati itu tertutup, apakah mampu ia menerima seberkas cahaya kebenaran? Sungguh sangat tidak mungkin. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran.”

Perbanyaklah taubat dan istighfar, itulah yang akan menghilangkan gelapnya hati dan membuat hati semakin bercahaya sehingga mudah menerima petunjuk atau kebenaran.

Ya Allah, tunjukkanlah hati kami ini agar selalu taat pada-Mu dan berusaha menjauhi setiap maksiat yang benar-benar telah Engkau larang, apalagi dosa syirik dan kekufuran. Amin Yaa Mujibbas Saailin.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.


»»   selengkapnya...

Kamis, 05 Januari 2012

Renungkanlah

Hargailah makananmu


Sudahkah kita bersyukur


bersyukur walau makan sampah,sisa makanan



»»   selengkapnya...

Kesalahan


Setiap manusia memiliki kekurangan dan kesalahan, karena itu Allah menawarkan ampunan.
Abdullah gymnastiar
 

Hati nurani yang hidup akan membuat seseorang sadar telah berbuat kesalahan dan semangat untuk memperbaikinya sehingga kesalahan tidak akan terulang lagi.
Abdullah gymnastiar
 
 Saat sadar akan kesalahan, saat itu Allah mencintai kita, karena dengan kesadaran itu kita akan bertaubat, saat itulah cinta dan ampunan Nya tercurah.
 Abdullah gymnastiar
 
Seni yang paling baik dalam bersilaturahmi adalah banyak-banyak untuk mengingat dan mengakui kekurangan dan kesalahan sendiri. 
 Abdullah gymnastiar
 
»»   selengkapnya...

Template by:
Free Blog Templates